Jumat, 27 Desember 2013

Tafakur Bersama Rumput Liar


Oleh
Imam Suhairi

Di depan rumah, terdapat lahan pekarangan yang cukup luas, sekitar 14 x 10 m2. Mungkin di benak banyak orang dan teman, pekarangan yang luas cukup enak, bisa menanam berbagai jenis pohon. Namun tidak bagi saya dan mungkin juga anggota keluarga yang tinggal di rumah ini. Tiap kali datang musim hujan, pasti ada banyak rumput liar yang tumbuh subur menghijau memenuhi seluruh sisi halaman yang memang tidak beraspal tersebut. Di luar pagar malah lebih hebat, menutupi sisi pinggir jalan raya dan selokan.

Rumput yang menghijau satu sisi enak dipandang mata, tapi kalau tumbuhnya tidak teratur seperti rumah yang tidak bertuan dan tidak dirawat. Beberapa kali saya kena "semprit" oleh Pak RT karena dianggap dengan sengaja membiarkan pekarangan dan pinggir jalan ditumbuhi rumput yang tidak disukai alias liar. Tidak jarang saya mempekerjakan orang sampai 3 hari untuk mencabuti dan membersihkan rumput liar kalau telah tumbuh meninggi, meskipun sebelum hari berakhir, rumput baru tumbuh lagi. Jika lupa atau tidak sempat, maka rumput yang tumbuh dari balik batu fondasi itu sudah menutupi selokan, sehingga menghambat arus air yang lewat.
Seorang teman memberikan tips untuk menahan agar rumput tidak tumbuh lagi, yaitu dengan menyiramkan oli bekas di tempat tumbuhnya. Saya sudah coba, tetapi hanya bertahan beberapa minggu saja. Mungkin oli bekas itu sudah kebawa arus air selokan, sehingga sebentar kemudian sudah tumbuh lagi.
Pernah juga tanah yang sering ditumbuhi rumput itu saya tutup pakai batu bata dan . Tapi dari bekas retakan dan lobang-lobang yang digerus oleh arus air, tersembul kembali pucuk-pucuk rumput yang ‘indah’ berwarna hijau muda. Sambil nyabuti rumput saya berpikir betapa gigihnya makhluk Allah ini. Dia memiliki semangat hidup (spirit of life) yang luar biasa. Diperlakukan seperti apapun juga, dibasmi bagaimanapun juga, ia tetap mencoba bertahan hidup, tumbuh dan berkembang biak.
Dia selalu keluar dari kesulitan yang dihadapi untuk mempertahankan eksistensinya. Dia selalu pecahkan masalah yang ada di depannya dengan kesabaran dan kegigihannya. Dia akan bertahan sebentar utk tidak muncul ketika ada oli bekas, namun akan segera tumbuh lagi begitu situasinya memungkinkan baginya.

Sambil mencabuti akar dan batang rumput,saya terus berfikir dan merasa malu dengan kegigihan tanaman yang sering disia-siakan orang itu. Kita yang dikaruniai segala kelebihan dan keunggulan dibandingkan rumput, ternyata kadang lebih lemah darinya. Kita sering merasa lemah, tidak bersemangat dan malas menyelesaikan masalah yang kuhadapi. Kesulitan dan hambatan itu seolah datang bertubi-tubi dan membuat tidak berdaya menghadapinya.
Menghadapi hujan saja kita sering mengeluh dan membuatku batal melaksanakan tugas dan amanah yang kita emban. Menghadapi terik matahari juga menyebabkan kita mengeluh dan berkata “panas sekali hari ini!” sambil melampiaskan kekesalan.

Belajar dari rumput liar, kita seharusnya malu. Rumput tidak pernah mengeluh (atau tepatnya aku tidak pernah mendengar keluhannya). Rumput hanya menjalani kehidupannya dan bertahan hidup di lingkungannya. Rumput selalu sibuk mencari jalan keluar. Rumput akan tetap menyembul dan tumbuh meskipun dihambat dengan batu dan adukan semen. Batang rumput itu sampai berkelok-kelok mengikuti celah-celah batu yang masih dapat dilalui, menyembulkan tunas-tunas baru yang tumbuh kembali. Rumput bermanfaat bagi makhluk lain, dipangkas untuk pakan ternak sapi dan kambing. Sementara kita tiap saat selalu tampil egois untuk tidak pernah atau jarang berbagi dengan orang lain. Terima kasih rumput liar halaman rumah. (Penulis adalah pemantau rumput)

Jumat, 18 Oktober 2013

SOAL DAN NILAI UTS SMA LENTENG KELAS XI IPS 2013-2014




SOAL UTS SEMESTER GANJIL SILAHKAN DOWNLOAD DI :
SOAL UTS GANJIL XI IPS 2013.docx

REKAP NILAI UTS SILAHKAN DOWNLOAD DI :
Rekap Nilai Tugas XI IPS 2013 2014.xlsx

SEDANGKAN NILAI JADI TENGAH SEMESTER GANJIL BISA DIUNDUH DI :
Nilai UTS XI.xlsx

PERGUNU SUMENEP WADAH BARU PROFESI GURU

                         POSE PERGUNU SUMENEP DAN DIRJEN KEMENDIKBUD (PROF KACUNG                     MARIJAN), PCNU,BUPATI,PW PERGUNU, PP PERGUNU
                         SETELAH DILANTIK, 15 SEPTEMBER 2013 DI GRAHA ADI PODAY SUMENEP




       PROSESI BAIAT PELANTIKAN PC PERGUNU SUMENEP 2013-2018 OLEH PP PERGUNU


            GRUP QASIDAH PP AMANATUL UMMAH--SURABAYA IKUT MEMERIAHKAN PELANTIKAN



Jumat, 09 Agustus 2013

AKHLAK SUFI HASAN AL-BASRI :TOLERANSI BERTETANGGA NASRANI


Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.

Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin.

Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.

Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam tanpa mengikuti saluran yang tersedia.

Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan al-Bashri sendiri belum pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan al-Bashri yang tengah sakit dan menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Bashri.

“Imam, sejak kapan engkau bersabar dengan semua ini,” tetangga Nasrani tampak menyesal.

Hasan al-Bashri hanya terdiam memandang, sambil melempar senyum pendek.

Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah mendesak. “Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami.”

Dengan suara berat Hasan al-Bashri pun menimpali, “Dua puluh tahun yang lalu.”

“Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?”

“Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga’. Anda adalah tetangga saya,” tukasnya lirih.

Tetangga Nasrani itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat.

Kamis, 18 Juli 2013

Pasar Takjil Semarakkan Bulan Ramadan di Madura

 Untuk menyemarakkan bulan puasa, di Madura secara serentak di empat kabupaten digelar pasar takjil Ramadan. Acara rutin tahunan ini mampu menampung masyarakat yang akan berjualan aneka makanan untuk buka puasa selama bulan Ramadan.

Warga terlihat sangat antusias terhadap kegiatan ini. Tidak hanya penjual yang akan menjajakan hasil masakan dan produknya, juga warga masyarakat yang memadati lokasi pasar takjil Ramadan di empat Kabupaten di Madura.

Di Sumenep, Bazar Takjil Ramadan menempati depan Kodim 0827 Sumenep dan Taman Adipura. Terdapat sepuluhan stand milik Pemkab Setempat yang dipasang di jalanan dan di trotoar taman sisi selatan. Sementara di Kabupaten Pamekasan, Bazar Takjil Ramadan ditempatkan di Monumen Arek Lancor. Kegiatan ini mendapat antusiasme warga Pamekasan di areal monumen arek lancor.

Begitu pula di Sampang, Pasar Takjil Ramadan digelar di Jalan Trunojoyo. Sementara di  Bangkalan, lokasi dipusatkan di sisi timur Alun- Alun Bangkalan. Ratusan penjual yang menempati stand yang telah disiapkan panitia melayani warga Bangkalan dan sekitarnya.

 Pasar Takjil ini akan berlangsung sebulan penuh selama bulan Ramadan. Pada hari pertama hari ini (sore) nampak warga memadati lokasi pasar takjil yang digelar Pemkab bekerjasama dengan salah satu media harian cetak di Madura ini. Dengan adanya kegiatan ini, Ramadan di Madura seakan semarak, seperti yang dituturkan Ani Warga Bangkalan Kota kepada media ini ", ya enak, bisa cari makanan untuk buka puasa dan kelihatan bulan puasa itu ramai dan menyenangkan terutama kalau sore hari," jelasnya (tim/lm)

Meneguhkan Eksistensi Aswaja NU : Ribuan Nahdiyin Peringati Harlah NU Ke 90 di Sumenep

  Harlah NU Sumenep di Gedung Zanzibar Sumenep (foto:aktual.co.id)

Sumenep, Lintas Madura- Sekitar 10 Ribu warga NU tumpah ruah meluber gedung Zanzibar Patian Sumenep pada pengajian umum Hari Lahir (Harlah) organisasi terbesar Nahdatul Ulama, kemarin. Massa warga NU itu berasal dari jamaah NU yang ada di ranting-ranting NU daratan dan sebagian kepulauan Sumenep. Mereka datang dengan menggunakan berbagai macam kendaraan pribadi dan MPU lainnya memadati pelataran sepanjang jalan raya Sumenep-Pamekasan Patian.

Acara yang digelar menjelang siang tersebut diawali dengan Istigasah yang dipimpin oleh para kyai sepuh NU diikuti jamaah dengan hikmat. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan dan pengarahan dari Rois Syuriah PCNU, KH A Basyir Sajjad yang juga pengasuh PP Annuqoyah Guluk-Guluk. Setelah itu pengarahan dari wakil Sekjen PBNU, KH Masyhuri Malik. Dalam sambutannya, ia mengajak warga NU hati-hati dalam menanggapi fenomena faham yang semakin ruwet yang menginvasi warga NU akhir-akhir ini. " kita sudah sepakat bersama para pendahulu kita, bahwa NKRI adalah harga yang tidak bisa ditawar-tawar lagi keberadaannya.NU sendiri lahir sebelum bangsa Indonesia ini lahir dan merdeka, coba lihat PBNU itu perpanjangan dari Pancasila, Bhinneka tunggal ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945 titik," tegasnya.

Sementara itu penceramah Ajengan Zezen (KH Zezen Zainal Abidin Baazul Asybab) dari Sukabumi Jawa Barat mengajak warga NU untuk bangkit dan bergerak bersama-sama memajukan NU dan Ummat dengan semangat keihlasan. " mari kita bangkit dan jangan diam, karena NU itu nahdah harus bangkit dan bergerak menyelamatkan aqidah ummat Indonesia, Asia dan Dunia", tandas pengurus pusat Jamiyyah Thoriqoh Annahdiyah ini.

Ia juga menjelaskan bahwa NU tidak boleh terpisah dari kumpulannya para aulia, dan NU tidak boleh terpisah Jamiyyah Thoriqoh. Secara implisit ia mengajak warga NU untuk memahami dan mendalami thoriqoh karena ini adalah cara dan metode yang tepat untuk beribadah dan melawan hawa nafsu serta setan ," semua itu ada caranya, berzikir itu juga ada caranya atau metodenya, kalau tidak tahu caranya melakukan sesuatu maka rusaklah amalnya. Melawan setan itu harus dengan zikir Laa ila ha ilallah yang banyak serta memahami metodenya" jelas salah satu Wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Suryalaya ini.

Acara ini juga dihadiri para kyai sepuh NU Sumenep, seperti KH Waris Ilyas, KH Thoifur Aliwafa, KH Maimun Mujtami, KH Hafidi Sarbini dan beberapa pejabat dari Pemkab Sumenep, seperti wakil Bupati Sumenep Ir H Sungkono Sidik dan beberapa Kepala Dinas. 

Pada acara ini juga dilakukan launcing peresmian Baitul Mal waTamwil (BMT NU) Sumenep yang telah aktif di kecamatan Gapura dan beberapa kecamatan lainnya. Peresmian BMT NU dilakukan oleh PBNU KH Masyruri Malik. Acara ditutup oleh pembacaan doa yang dipimpin oleh KH Fadli Muntahi. (telah dipublis di lintas madura)

Sabtu, 06 Juli 2013

Ziarah Wali (catatan akhir tahun dari makam para wali)

Jumat Terakhir Sebelum Ramadan, Warga Sumenep Banyak Ziarah Kubur


Sumenep, Lintas Madura (05/07/2013)- Beberapa hari menjelang bulan Ramadan, masyarakat Madura khususnya Sumenep banyak yang berziarah ke makam para leluhur mereka baik di pemakaman keluarga maupun pemakaman umum. Aktivitas ini telah mendarah daging dan begitu mentradisi di kalangan muslim Madura, terutama malam dan hari jumat terakhir sebelum bulan puasa tiba.

Mereka berbondong-bondong bersama sanak keluarganya menuju kompleks pemakaman untuk memanjatkan doa dengan membaca surah Yasin dan surah-surah pendek Al-Quran serta tahlil di makam para leluhurnya. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi semacam kewajiban yang bila ditinggalkan serasa ada yang kurang dalam melangkahkan kaki menyongsong puasa Ramadan.

Menurut salah seorang tokoh masyarakat asal Kebunan Sumenep, Ustadz Hamzah, seakan masyarakat ada yang kurang kalau tidak ziarah dulu sebelum menjelang Ramadan. " ini sudah keyakinan kalau menjelang puasa harus ziarah dulu ke makam para leluhur dan makam wali, ya untuk mendoakan mereka para leluhur kita dan sekaligus berdoa akan keselamatan kita" jelasnya.

Ustad yang gaul ini juga menjelaskan bahwa bulan Sya'ban bagi orang Madura disebut juga bulan rebba atau kalau orang jawa bilang ruwah. " di bulan ini banyak orang "arebba" melakukan sedekah, biasanya tiap rumah itu bersedekah makanan ke tetangga dan kyai yang pahala sedekahnya dihaturkan pada para leluhur mereka yang telah wafat" jelasnya.(mam/lm)


Jumat, 05 Juli 2013

Kisah Teladan : Syekh Kholil Puasa Gula

 Mbah Cholil Bangkalan

Syaikhona KH. Cholil, kyai masyhur dan alim dari Bangkalan Madura, kedatangan tamu seorang bapak dari desa. Maksud kedatangan tamu tersebut adalah mengeluhkan perihal anaknya yang suka makan gula.
"Anak saya tidak mau berhenti makan gula, Kyai. Sudah tidak terhitung lagi saya menasehatinya agar mau berhenti makan gula!" kata tamu itu mengeluhkan anaknya. "Jajanan anak saya, jika tidak permen ya pasti gula, Kyai," orang itu melanjutkan."Tolong saya diberi sesuatu sebagai obat agar anakku mau berhenti makan gula, Kyai! Saya takut ia akan penyakitan karena kebanyakan makan gula!"

Demi mendengar keluhan tamunya itu, Kyai berpikir juga. Keluhan tamunya itu tampaknya memang sepele, yaitu mencari cara untuk mengatasi anaknya yang bandel, yang suka makan gula. Tampaknya Kyai menanggapinya dengan serius.

"Bapak ini setiap hari hanya minum air?" tanya Kyai tiba-tiba. Sang tamu merasa terkejut ditanya demikian. "Tidak Kyai! Kadang minum kopi, kadang minum teh!" "Pakai gula?" "Tentu saja Kyai!" di hati Bapak itu terasa geli juga mendengar pertanyaan Kyai Cholil. Kira-kira apa ya hubungannya? Hening sejenak.
Sesaat kemudian : "Begini, Bapak pulang saja dulu, tiga hari lagi kesini bersama anak Bapak!" Tanda tanya memenuhi benak sang bapak,ia berpikir kenapa tidak diberi doa atau mungkin segelas air yang sudah dibacakandoa untuk pengobatan anaknya? Begitu sulitkah bagi Kyai?

Tiga hari berlalu, orang dari desa itu datang lagi menghadap Kyai Cholil bersama anaknya yang suka makan gula itu. Setelah anaknya dihadapkan pada Kyai Cholil, bukannya diberi do'a malah dinasehati.
"Nak, kamu jangan suka makan gula lagi ya?" Nasehat Kyai pada anak itu seperti ketika menasehati cucunya sendiri. "Iya Kyai!" jawab anak itu patuh. Terasa di hati bocah itu seperti tengah disiram air pegunungan yang sejuk, menyegarkan. Indah pula rasanya dihati. Setelah itu Kyai tidak berbuat apa-apa lagi.Bahkan bercengkerama dengan sang anakdengan menghujani pertanyaan-pert ­anyaan tentang dunia anak. Lama-lama hati sang Bapak gundah juga. Ia berprasangka, sepertinya Kyai Cholil tidak berusaha 'mengobati' anaknya. "Sudah begitu saja Kyai?" tanya sang Bapak kemudian. "Iya Pak. Saya kira saya sudah menuruti kemauan Bapak. Saya sudah menasehati anak Bapak agar tidak hobi makan gula lagi!" Jawab Kyai.
Lagi-lagi jawaban Kyai membuat sang bapak itu makin terheran-heran. ­ "Kyai, kenapa anak saya hanya diberi nasehat begitu saja?" tanyanya. "Jika hanya nasehat, saya sendiri sebagai ayahnya sudah tak terhitung lagi menasehatinya!" "Itulah masalahnya!" "Maksud Kyai?" "Saya jelaskan ya Pak, kenapa sampeyan saya suruh pulang dulu dan baru tiga hari kemudian saya minta kembali. Karena saya berdoa dan berpuasa selama tiga hari itu dengan tidak makan gula, agar ketika menasehati anakmu omongan saya bisa dipercaya!" jawab Kyai.

Rupanya jawaban Kyai yang terakhir bikin mulut orang itu tercekat. Tak sepatah katapun yang bisa diucapkan lagi. Dia tidak habis pikir, sampai seperti itu Kyai Cholil yang hendak menasehati anaknya? Harus dirinya dulu yang menjalani nasehatnya dengan bersusah payah berdo'a, berpuasa selama tiga hari sebelum disampaikan kepada si anak. Orang sekaliber Kyai Cholil saja, yang terkenal dengan ilmu nahwu, fiqih dan tasawuf itu masih harus 'tirakat' untuk sekedar berucap satu kalimat. Kedekatannya kepada Allah SWT sungguh luar biasa, sehingga setiap langkahnya selalu bernuansa dzikrullah, ingat Allah. Akhirnya tamu itu pulang dengan membawa cerita keteladanan sang Kyai. Kenyataannya memang, sang anak langsung sembuh alias tidak lagi suka makan gula.

Sabtu, 18 Mei 2013

SMS Dapat Hadiah, Ternyata Penipuan; Blokir Saja Nomornya!


CARA BLOKIR NO HP PENIPUAN

Seringkali kita mendapat SMS penipuan yang menyatakan
Anda menjadi pemenang Kuis, SMS yang pura-pura nyasar tentang transfer uang, SAYA SUDAH MELIHAT PROPERTY anda dan merasa cocok untuk nego harga silahkan hub suami saya. mama minta pulsa, agen pulsa super murah, dst.
Jangan kita biarkan, saat ini ada cara untuk menanggulanginy­a:

1.TELKOMSEL
Format SMS: penipuan#nomor penipu#isi SMS tipuan
dan kirim ke 1166
Contoh : Penipuan#081212 ­ ­ ¬ ¬3456#Selamat Anda mendapatkan 1 unit Mobil Avanza dari telkomsel poin…….dst
Lalu kirim ke 1166

2. XL:
Format SMS: Lapor#Nomor yang digunakan
untuk menipu#Kasus yang
dikeluhkan, kirim ke 588.

3. INDOSAT
Format SMS: SMS(spasi)Nomor ­ ­ ¬ ¬ PengirimSMS penipuan(spasi)
isi SMS Penipuan, kirim ke 726
Jika sudah lebih dari 2 orang yang melaporkan SMS penipuan, maka nomor tersebut segera diblokir
secara permanen oleh operator.
Layanan ini GRATIS. (dari berbagai sumber)

Jumat, 29 Maret 2013

Gaya Blusukan Gubernur Jokowi dan Sayyidina Umar bin Khattab

Gubernur Jakarta Joko widodo dikenal gubernur paling hobi blusukan, dikenal terjun langsung keliling Jakarta, melihat kehidupan warganya. Pagi, siang, dan malam, pimpinan tertinggi Ibu kota Indonesia ini tak henti menyambangi berbagai tempat. Mulai dari sungai, rumah susun, taman, hingga pintu air. Ini dilakukannya tanpa protokoler, tanpa rencana, tidak ada sekat antara dirinya dan warga. Dia bebas bergerak untuk bertatapan langsung dengan penduduk.

Bagi Jokowi, blusukan itu penting untuk mengetahui masalah tengah dihadapi warga, mengontrol apakah instruksi dia berikan untuk perbaikan sarana dan prasarana bagi penduduk sudah dikerjakan aparat pemerintahannya, sekaligus memikirkan solusi persoalan Jakarta, terutama macet dan banjir.

Jauh sebelum Jokowi melakukan hal ini, sudah ada Khalifah Umar bin Khattab memberi contoh bagi para pemimpin untuk terjun langsung melihat rakyatnya. Umar seolah tak punya rasa lelah utuk mengetahui persoalan warga, dan setelahnya, dia sendiri yang turun tangan untuk mengatasi masalah itu, seperti dilansir islamicmovement.org.

Berbanding terbalik, jika pemburu berita kerap mengintili Jokowi saat blusukan, Khalifah Umar justru enggan aksinya menolong warga diketahui orang lain. Dia melakukannya sembunyi-sembunyi.

Saat suatu malam Umar tengah berjalan-jalan, dia mendengar suara perempuan merintih kesakitan. Dia segera mendatanginya dan menemui wanita itu hendak melahirkan. Di sebelahnya ada sang suami tidak tahu harus berbuat apa. Maka pulanglah Umar, memanggil istrinya Ummu Kalsum untuk menolong perempuan itu melahirkan. Pertolongan keduanya berjalan lancar, bayi lahir dengan selamat. Wanita itu tidak pernah tahu, yang menolongnya adalah Umar, pemimpin tertingginya.

Pada kisah lain menceritakan, Umar kembali meronda malam-malam untuk melihat keadaan dan mencari orang membutuhkan pertolongan. Dari sebuah perumahan kumuh, dia mendengar tangisan pilu anak-anak. Didengarnya dari luar gubuk itu, seorang ibu tengah menenangkan gelisah para buah hatinya. Mereka kelaparan dan tidak bisa tidur. Tidak mempunyai bahan makanan, sang ibu merebus batu dan selalu mengatakan masakannya belum matang dengan harapan anak-anaknya bakal kelelahan menunggu masakan selesai dan tertidur.

Umar seketika menangis melihat keadaan itu. Dia langsung menuju gudang makanan kota dan memanggul sekarung bermacam-macam bahan makanan untuk diserahkan pada ibu itu. Dia bahkan tidak mengijinkan pengawalnya ikut membantu. Sesampainya di rumah itu, Umar segera memberikan ransum dan memasaknya sendiri. Dia juga menyuapi anak-anak itu satu per satu. Dengan perut kenyang, mereka pun terlelap. Khalifah itu pamit pulang. Sama seperti perempuan melahirkan, ibu itu tidak tahu orang datang itu adalah sang Khalifah Umar bin Khattab.

Itu tadi sepenggal kisah blusukan dilakukan Umar bin Khattab. Meski tak banyak petinggi dunia melakukan hal sama, tapi sang khalifah telah mengajarkan terjun langsung melihat, dan mendekat dengan warga membawa hikmah luar biasa dan mendekatkan jiwa pemimpin dengan orang yang dipimpin. Sebaliknya, penguasa tidak tahu keadaan sekitar hanya tinggal menunggu kedigdayaannya selesai dengan tragis sebab dibenci rakyat. (dari berbagai sumber)

Senin, 11 Februari 2013

KUFUR NIKMAT MELALUI TARIKAN NAFAS

Bernafas, mungkin sudah dianggap biasa dan tak lagi menarik dibahas oleh sebagian orang. Pasalnya, sejak bangun tidur sampai terlelap, manusia tak lepas dari kegiatan mengambil udara di alam bebas ini. Namun, pernahkah Anda memperhatikan bagaimana nikmat Allah ini sebenarnya bernilai miliaran rupiah? Tak perlu menghitung kegiatan bernafas secara keseluruhan yang melibatkan berbagai organ tubuh, cukup kiranya menjumlah rupiah dari setiap udara yang dihirup.

Sekali bernafas, umumnya manusia memerlukan 0,5 liter udara. Bila perorang bernafas 20 kali setiap menitnya, berarti udara yang dibutuhkan sebanyak 10 liter. Dalam sehari, setiap orang memerlukan 14.400 liter udara.

Lalu, berapa nilai tersebut bila dirupiahkan? Sebagaimana diketahui, udara yang dihirup manusia terdiri dari beragam gas semisal oksigen dan nitrogen. Keduanya, berturut-turut 20% dan 79% mengisi udara yang ada di sekitar manusia. Bila perbandingan oksigen dan nitrogen dalam udara yang manusia hirup sama, maka setiap kali bernafas manusia membutuhkan oksigen sebanyak 100 ml dan 395 ml lainnya berupa nitrogen. Artinya, dalam sehari manusia menghirup 2880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen.




Jika harga oksigen yang dijual saat ini adalah Rp 25.000 per liter dan biaya nitrogen per liternya Rp 9.950 (harga nitrogen $ 2.75 per 2,83 liter), maka setiap harinya manusia menghirup udara yang sekurang-kurangnya setara dengan Rp 176.652.165. Dengan kata lain, bila manusia diminta membayar sejumlah udara yang dihirup berarti setiap bulannya harus menyediakan uang sebesar 5,3 Miliar rupiah. Dalam setahun, manusia dapat menghabiskan dana 63,6 Miliar.
Dalam sehari manusia menghirup 2.880 liter Oksigen dan 11.376 liter Nitrogen


2.880 x Rp.25.000,- = Rp. 72.000.000,-
11.376 x Rp. 9.950,- = Rp.113.191.200,-
—————————————
Total biaya sehari = Rp.185.191.200,-

biaya bernafas 1 bulan = 30 x 185.191.200,- = Rp.5.555.736.000,-

1 tahun 365 hari, maka biaya untuk bernafas selama 1 tahun
365 x 185.191.200 = Rp.67.594.788.000,-


Jika harus dihargai dengan Rupiah maka Oksigen & Nitrogen yang kita hirup, akan mencapai Rp.185Juta lebih/hari/manusia.
Itu hanya jumlah uang yang diperlukan dalam setahun. Bila dihitung seluruh kebutuhan seumur hidup, pastilah nilainya lebih mencengangkan lagi. Sungguh, Allah maha pemurah atas segala karunia-Nya. Tak terkecuali nikmat Allah dari udara yang digunakan manusia sebagai bahan bernafas setiap saatnya.

Udara yang melimpah ruah di alam adalah bukti kasih sayang Allah yang luar biasa. Sekumpulan gas tersebut diberikan Allah kepada manusia dengan cuma-cuma. Tak sepeser pun dipungut dari manusia atas nikmat yang amat penting tersebut. Oleh karenanya, sudah sepantasnyalah manusia bersyukur kepada Sang Pencipta. Dia-lah Rabb yang mengurus kita di siang dan di malam hari sebagaimana firman Allah,  

“katakanlah: ‘Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah?’…”(QS Al Anbiyaa’ 21: 42).

Masihkah kita belum mau BERSYUKUR ? ? ! 


(share dari http://annangws.blogspot.com)

Minggu, 13 Januari 2013

Kisah Inspiratif : Antara Gelas dan Telaga

Ada seorang pemuda sedang kalut dirundung masalah yang menimpa dirinya datang menemui Pak Tua. Pak Tua yang duduk bersila dengan tenang itu seakan memang menyambut kehadiran pemuda itu. Pemuda akhirna menceritakan semua masalah hidup yang selama ini menyebabkannya selalu tidak tenang, kecewa dalam hidup, dan ketidaknyamanan lainnya. Pak Tua kemudian menyuruh anak muda itu untuk mengambil segelas air putih. Sebungkus bubuk putih pahit dikeluarkan oleh Pak Tua dari sakunya dan dilarutkan pada air yang diwadahi gelas tadi, lalu disuruh minum pada pemuda tadi.
 " Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya" ujar Pak Tua.
 " Ah, pahit sekali ", kata Pemuda tadi.

Pak Tua tersenyum, lalu mengajak pemuda itu berjalan menyusuri sebuah telaga yang tenang nan jernih. Lalu Pak Tua itu kembali mengeluarkan serbuk pahit tadi dan menebarkannya ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu diaduklah serbuk yang larut itu dalam telaga.
"coba ambil air dalam telaga ini, dan minumlah dan katakan bagaimana rasanya!" perintah Pak Tua pada pemuda itu lagi.
" emmm, segar!" ujar pemuda tadi.
"Apakah kamu merasakan pahit dalam air yang kamu minum dari telaga itu?" tanya Pak Tua
" Tidak'", jawab pemuda

Pak Tua tersenyum lalu berkata" Anak muda dengarkan baik-baik, pahitnya kehidupan sama seperti segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah rasa pahitnya pun akan sama dan tetap sama. Tapi kepahitan yang akan kita rasakan bergantung pada wadah yang kita miliki. Wadah itu adalah hati kita, tempat menampung aktivitas hidup. Jangan jadikan hati kita seperti gelas, tapi buatlah laksana telaga yang dapat menampung semua kepahitan hidup dan mengubahnya menjadi sebuah kesegaran dan kedamaian. Hati kita akan menjadi telaga dan lautan dengan jalan zikir tanpa henti." 

Pemuda tadi tertegun mendengarnya-------sementara Pak Tua telah hilang dari hadapannya...