Gubernur Jakarta Joko widodo dikenal
gubernur paling hobi blusukan, dikenal terjun langsung keliling Jakarta,
melihat kehidupan warganya. Pagi, siang, dan malam, pimpinan tertinggi
Ibu kota Indonesia ini tak henti menyambangi berbagai tempat. Mulai dari
sungai, rumah susun, taman, hingga pintu air. Ini dilakukannya tanpa
protokoler, tanpa rencana, tidak ada sekat antara dirinya dan warga. Dia
bebas bergerak untuk bertatapan langsung dengan penduduk.
Bagi Jokowi, blusukan itu penting untuk mengetahui masalah tengah dihadapi warga, mengontrol apakah instruksi dia berikan untuk perbaikan sarana dan prasarana bagi penduduk sudah dikerjakan aparat pemerintahannya, sekaligus memikirkan solusi persoalan Jakarta, terutama macet dan banjir.
Jauh sebelum Jokowi melakukan hal ini, sudah ada Khalifah Umar bin Khattab memberi contoh bagi para pemimpin untuk terjun langsung melihat rakyatnya. Umar seolah tak punya rasa lelah utuk mengetahui persoalan warga, dan setelahnya, dia sendiri yang turun tangan untuk mengatasi masalah itu, seperti dilansir islamicmovement.org.
Berbanding terbalik, jika pemburu berita kerap mengintili Jokowi saat blusukan, Khalifah Umar justru enggan aksinya menolong warga diketahui orang lain. Dia melakukannya sembunyi-sembunyi.
Saat suatu malam Umar tengah berjalan-jalan, dia mendengar suara perempuan merintih kesakitan. Dia segera mendatanginya dan menemui wanita itu hendak melahirkan. Di sebelahnya ada sang suami tidak tahu harus berbuat apa. Maka pulanglah Umar, memanggil istrinya Ummu Kalsum untuk menolong perempuan itu melahirkan. Pertolongan keduanya berjalan lancar, bayi lahir dengan selamat. Wanita itu tidak pernah tahu, yang menolongnya adalah Umar, pemimpin tertingginya.
Pada kisah lain menceritakan, Umar kembali meronda malam-malam untuk melihat keadaan dan mencari orang membutuhkan pertolongan. Dari sebuah perumahan kumuh, dia mendengar tangisan pilu anak-anak. Didengarnya dari luar gubuk itu, seorang ibu tengah menenangkan gelisah para buah hatinya. Mereka kelaparan dan tidak bisa tidur. Tidak mempunyai bahan makanan, sang ibu merebus batu dan selalu mengatakan masakannya belum matang dengan harapan anak-anaknya bakal kelelahan menunggu masakan selesai dan tertidur.
Umar seketika menangis melihat keadaan itu. Dia langsung menuju gudang makanan kota dan memanggul sekarung bermacam-macam bahan makanan untuk diserahkan pada ibu itu. Dia bahkan tidak mengijinkan pengawalnya ikut membantu. Sesampainya di rumah itu, Umar segera memberikan ransum dan memasaknya sendiri. Dia juga menyuapi anak-anak itu satu per satu. Dengan perut kenyang, mereka pun terlelap. Khalifah itu pamit pulang. Sama seperti perempuan melahirkan, ibu itu tidak tahu orang datang itu adalah sang Khalifah Umar bin Khattab.
Bagi Jokowi, blusukan itu penting untuk mengetahui masalah tengah dihadapi warga, mengontrol apakah instruksi dia berikan untuk perbaikan sarana dan prasarana bagi penduduk sudah dikerjakan aparat pemerintahannya, sekaligus memikirkan solusi persoalan Jakarta, terutama macet dan banjir.
Jauh sebelum Jokowi melakukan hal ini, sudah ada Khalifah Umar bin Khattab memberi contoh bagi para pemimpin untuk terjun langsung melihat rakyatnya. Umar seolah tak punya rasa lelah utuk mengetahui persoalan warga, dan setelahnya, dia sendiri yang turun tangan untuk mengatasi masalah itu, seperti dilansir islamicmovement.org.
Berbanding terbalik, jika pemburu berita kerap mengintili Jokowi saat blusukan, Khalifah Umar justru enggan aksinya menolong warga diketahui orang lain. Dia melakukannya sembunyi-sembunyi.
Saat suatu malam Umar tengah berjalan-jalan, dia mendengar suara perempuan merintih kesakitan. Dia segera mendatanginya dan menemui wanita itu hendak melahirkan. Di sebelahnya ada sang suami tidak tahu harus berbuat apa. Maka pulanglah Umar, memanggil istrinya Ummu Kalsum untuk menolong perempuan itu melahirkan. Pertolongan keduanya berjalan lancar, bayi lahir dengan selamat. Wanita itu tidak pernah tahu, yang menolongnya adalah Umar, pemimpin tertingginya.
Pada kisah lain menceritakan, Umar kembali meronda malam-malam untuk melihat keadaan dan mencari orang membutuhkan pertolongan. Dari sebuah perumahan kumuh, dia mendengar tangisan pilu anak-anak. Didengarnya dari luar gubuk itu, seorang ibu tengah menenangkan gelisah para buah hatinya. Mereka kelaparan dan tidak bisa tidur. Tidak mempunyai bahan makanan, sang ibu merebus batu dan selalu mengatakan masakannya belum matang dengan harapan anak-anaknya bakal kelelahan menunggu masakan selesai dan tertidur.
Umar seketika menangis melihat keadaan itu. Dia langsung menuju gudang makanan kota dan memanggul sekarung bermacam-macam bahan makanan untuk diserahkan pada ibu itu. Dia bahkan tidak mengijinkan pengawalnya ikut membantu. Sesampainya di rumah itu, Umar segera memberikan ransum dan memasaknya sendiri. Dia juga menyuapi anak-anak itu satu per satu. Dengan perut kenyang, mereka pun terlelap. Khalifah itu pamit pulang. Sama seperti perempuan melahirkan, ibu itu tidak tahu orang datang itu adalah sang Khalifah Umar bin Khattab.
Itu tadi sepenggal kisah blusukan dilakukan Umar bin Khattab. Meski tak banyak petinggi dunia melakukan hal sama, tapi sang khalifah telah mengajarkan terjun langsung melihat, dan mendekat dengan warga membawa hikmah luar biasa dan mendekatkan jiwa pemimpin dengan orang yang dipimpin. Sebaliknya, penguasa tidak tahu keadaan sekitar hanya tinggal menunggu kedigdayaannya selesai dengan tragis sebab dibenci rakyat. (dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar