Kamis, 27 Desember 2012

Koruptor Lupa Zikir (Memulai Gerakan Antikorupsi dari Hati)

Oleh
Imam Suhairi,M.Pd

Wakil ketua KPK, Bambang Widjojanto dalam acara talk show di sebuah telivisi swasta mengatakan untuk melakukan pencegahan korupsi harus dimulai dari kehidupan keluarga. Ia mencontohkan salah satu kehidupannya yang berusaha untuk tidak korup dalam hal sekecil apapun. Pada saat pergi ke kantor sambil mengantar anaknya ke sekolah misalnya, Pak Bambang pasti menyetir sendiri mobilnya dari rumah ke sekolah anaknya. Sesampai di sekolah anaknya, sopir  Pak Bambang yang digaji negara itu ganti nyetir ke kantor KPK, hal ini dilakukan untuk menghindari penggunaan fasilitas negara (berupa sopir KPK) untuk kepentingan keluarga. Hal lain yang bisa dilakukan adalah, semua sumber keuangan termasuk gaji dari negara sejatinya masuk ke rekening istri. Karena kalau ada pendapatan lebih, nanti istri akan tanya, dari mana ini? artinya keluarga bisa saling mengontrol untuk tidak melakukan korupsi.

Apa yang dilakukan Pak Bambang saya kira cukup baik, sebagai contoh bagi pejabat publik apalagi penegak hukum. Hal ini dikarenakan selama ini pejabat publik kadang tampil di masyarakat justru bangga kalau dirinya bisa menggunakan fasilitas negara kemana-mana. Kebanyakan lupa bahwa ia dititipkan barang atau jasa yang sebenarnya adalah inventaris kantor untuk kepentingan dinas, bukan pribadi atau golongan. 

Penyakit lupa ini telah mengkronis dalam benak dan perilaku pejabat publik di negeri ini. Lupa akan tugas aslinya sebagai pelayan publik, lupa akan kepemilikan negara, lupa untuk tidak korupsi di setiap kesempatan. Yang lebih parah muaranya adalah lupa akan kondisi kemanusiaannya sebagai makhluk Tuhan. 

Tolak Korupsi dari Hati
Kalau kita cermati berbagai cara telah dilakukan berbagai kalangan untuk mencegah secara dini mental dan perilaku korupsi, mulai dari gerakan antikorupsi yang dilakukan berjamaah antar ormas semacam NU dan Muhammadiyah sampai pada pelaksanaan pendidikan antikorupsi di sekolah-sekolah bagi siswa. Meskipun demikian bolehlah dikatakan, korupsi tetap menggurita dan menjadi bagian terbesar dari penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan di negeri ini. Artinya korupsi tidak hanya dilakukan oleh kalangan penguasa yang punya policy dan memutar anggaran, tetapi juga kesepakatan korup juga justru datang dari kalangan masyarakat sendiri. Mereka yang selama ini teriak-teriak antikorupsi justru memperlebar praktik korupsi.

Memahami akar masalah saya kira lebih penting daripada sekedar teriak-teriak antikorupsi atau membuat kebijakan antikorupsi yang diproyekkan, dan sangat lucu apabila proyek gerakan antikorupsi itu malah jadi lahan untuk dikorupsi. Akar masalah maksud saya adalah mencari sebab mengapa seseorang itu cenderung berperilaku korup dalam situasi apapun. Artinya, orang korupsi bukan hanya karena ada kesempatan misalnya saat ia berkuasa, pelaksana suatu kegiatan, atau punya link pada kekuasaan untuk bersama-sama korupsi, juga yang paling dominan adalah kondisi kepribadiannya yang goyang dikarenakan dua hal : Pertama; ketidaktahuan tentang beberapa hal, bahwa tindakannya termasuk korupsi. Kedua, karena dirinya tidak bisa lagi kemauan nafsu korup yang sering menggoda aktivitas hidupnya.

Untuk kasus yang pertama, lebih ringan daripada yang ke dua. Pada kasus ke dua bukan ia tidak paham bahwa dirinya telah melakukan korupsi, tetapi memang ia lakukan karena ada kesempatan untuk itu. Kesempatan korup kadang memang diciptakan oleh pihak lain yang juga ingin dapat keuntungan, selain sistem program kegiatan proyek di negeri ini membuka peluang bagi pelaksananya untuk di korup.

Kondisi diri kita atau lebih tepatnya adalah hati tidak akan bisa dipolarisasi oleh situasi di luar atau pikiran hasil kerja otak sekalipun. Hati selalu jujur pada dirinya, nafsu yang bersinergi dengan otaklah yang selalu memengaruhi hati untuk ikut dengannya, menuruti kemauannya. Istilah seperti ini bisa kita sebut dengan hilangnya hati nurani. Hilang tertutupi kabut diri lainnya, yakni nafsu ammaroh dan lawwamah (nafsu yang selalu mengajak pada kejelakan dan anti Tuhan).

Maka tepat apabila kita selalu diperintah untuk JIHADUL AKBAR (perang besar) yakni perang melawan kedirian kita yang jelek dan koruptif itu. Tidak ada yang dapat memenangkan peperangan kecuali Tuhan yang telah menciptakan diri dan kedirian. Mengisi diri dengan Tuhan adalah metode terpercaya dan tepat untuk kepentingan hidup ini.

Mengisi diri dengan Tuhan adalah dengan jalan zikir terus kepada Allah dalam kondisi apapun. Zikir menjadi senjata ampuh untuk melawan apapun yang jelek dari dalam diri dan luar diri. Dengan zikir, manusia akan cinta Tuhan. Dengan zikir, manusia akan dapat memosisikan dirinya sebagai makhluk yang bajik dan bijak di hadapan Tuhan. Dengan zikir, Tuhan akan hadir bersama kehidupannya. Zikir akan mengontrol diri dan kediriannya setiap saat. Dengan zikir akan dicapai derajat insan kamil seperti yang dicitakan oleh Tuhan.

Melakukan zikir tidak serta merta berzikir, tetapi butuh pemandu dan pengarah agar zikir kita bermanfaat. Pengarah adalah manusia pilihan yang bisa membimbing zikir manusia lainnya untuk menuju Hadirat Tuhan. Membimbing manusia lainnya untuk selalu dalam kondisi zikir, tidak lupa. Maka berupaya dengan sungguh untuk ini adalah suatu keharusan bagi diri.

Memulai masyarakat dengan zikir adalah metode terbaik untuk melakukan pencegahan dini penyakit korupsi di negeri ini. Diri-diri yang selalu zikir akan malu kepada Tuhan untuk korup, dikarenakan kehadiran Tuhan setiap saat pada dirinya. Hati hati akan bersih dan mencerahkan pada lingkungannya. Hati hati yang selalu rido dan diridoi Tuhan. Inikah konsep Baldatun Toyyibatun Warobbun Gafur itu...>


Tidak ada komentar: