Oleh
Imam Suhairi
Bagi saya yang hampir 12 jam bergelut dalam dunia pendidikan
tiap harinya, liburan sekolah seperti semester ini adalah sesuatu yang sangat
menggembirakan. Mengemberikan karena selama satu semester bisa dibilang penat
dari aktivitas pembelajaran di sekolah. Mendambakan suasana santai di rumah
bersama keluarga dalam waktu dua pekan sesuatu yang menyenangkan.
Awal liburan tahun ini saya sempatkan untuk menjenguk
keluarga teman sekantor yang sakit di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Karena bersama
dengan teman-teman, kami mampir di salah satu plaza di kota metropolis kedua
setelah ibukota tersebut. Hanya sekedar jalan-jalan, meskipun sebenarnya capek
dan gak ada tujuan, karena tidak punya uang untuk belanja di pusat perbelanjaan
yang banyak menawarkan aneka produk tersebut.
Liburan ini pula, banyak teman seprofesi dengan saya yang
tanya tentang liburan, kemana dan
menikmati apa? Seolah liburan adalah rekreasi ke tempat-tempat wisata di luar
kota. Bagi mereka yang tak berlibur dianggap kurang “keren”. Tak ayal, banyak teman-teman yang bepergian
ke luar kota bersama keluarganya bahkan rekan sekerja untuk rekreasi ke tempat
wisata dan pusat perbelanjaan. Bahkan ada kabar, beberapa petinggi sekolah
menengah malah memilih berlibur ke luar negeri dengan judul “studi banding”.
Di bagian lain, ada komunitas masyarakat yang mengisi
liburan mereka dengan kegiatan sosial dan kegiatan spiritual. Sebuah organisasi
sayap NU, LKNU Sumenep malah mengisi liburan dengan kegiatan “Khitanan Masal”.
Kelompok-kelompok pengajian di kampung melakukan perjalan ziarah wali di tanah
Jawa dan Madura.
Bagi kita, tentu bisa mencerna apa yang kita pilih dalam
berlibur. Terjebak pada liburan yang bergaya hedonis dan konsumerisme atau
lebih bermanfaat bagi sesama dengan bergabung pada kegiatan sosial. Semoga jadi
renungan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar