Kamis, 18 Juli 2013

Pasar Takjil Semarakkan Bulan Ramadan di Madura

 Untuk menyemarakkan bulan puasa, di Madura secara serentak di empat kabupaten digelar pasar takjil Ramadan. Acara rutin tahunan ini mampu menampung masyarakat yang akan berjualan aneka makanan untuk buka puasa selama bulan Ramadan.

Warga terlihat sangat antusias terhadap kegiatan ini. Tidak hanya penjual yang akan menjajakan hasil masakan dan produknya, juga warga masyarakat yang memadati lokasi pasar takjil Ramadan di empat Kabupaten di Madura.

Di Sumenep, Bazar Takjil Ramadan menempati depan Kodim 0827 Sumenep dan Taman Adipura. Terdapat sepuluhan stand milik Pemkab Setempat yang dipasang di jalanan dan di trotoar taman sisi selatan. Sementara di Kabupaten Pamekasan, Bazar Takjil Ramadan ditempatkan di Monumen Arek Lancor. Kegiatan ini mendapat antusiasme warga Pamekasan di areal monumen arek lancor.

Begitu pula di Sampang, Pasar Takjil Ramadan digelar di Jalan Trunojoyo. Sementara di  Bangkalan, lokasi dipusatkan di sisi timur Alun- Alun Bangkalan. Ratusan penjual yang menempati stand yang telah disiapkan panitia melayani warga Bangkalan dan sekitarnya.

 Pasar Takjil ini akan berlangsung sebulan penuh selama bulan Ramadan. Pada hari pertama hari ini (sore) nampak warga memadati lokasi pasar takjil yang digelar Pemkab bekerjasama dengan salah satu media harian cetak di Madura ini. Dengan adanya kegiatan ini, Ramadan di Madura seakan semarak, seperti yang dituturkan Ani Warga Bangkalan Kota kepada media ini ", ya enak, bisa cari makanan untuk buka puasa dan kelihatan bulan puasa itu ramai dan menyenangkan terutama kalau sore hari," jelasnya (tim/lm)

Meneguhkan Eksistensi Aswaja NU : Ribuan Nahdiyin Peringati Harlah NU Ke 90 di Sumenep

  Harlah NU Sumenep di Gedung Zanzibar Sumenep (foto:aktual.co.id)

Sumenep, Lintas Madura- Sekitar 10 Ribu warga NU tumpah ruah meluber gedung Zanzibar Patian Sumenep pada pengajian umum Hari Lahir (Harlah) organisasi terbesar Nahdatul Ulama, kemarin. Massa warga NU itu berasal dari jamaah NU yang ada di ranting-ranting NU daratan dan sebagian kepulauan Sumenep. Mereka datang dengan menggunakan berbagai macam kendaraan pribadi dan MPU lainnya memadati pelataran sepanjang jalan raya Sumenep-Pamekasan Patian.

Acara yang digelar menjelang siang tersebut diawali dengan Istigasah yang dipimpin oleh para kyai sepuh NU diikuti jamaah dengan hikmat. Setelah itu dilanjutkan dengan sambutan dan pengarahan dari Rois Syuriah PCNU, KH A Basyir Sajjad yang juga pengasuh PP Annuqoyah Guluk-Guluk. Setelah itu pengarahan dari wakil Sekjen PBNU, KH Masyhuri Malik. Dalam sambutannya, ia mengajak warga NU hati-hati dalam menanggapi fenomena faham yang semakin ruwet yang menginvasi warga NU akhir-akhir ini. " kita sudah sepakat bersama para pendahulu kita, bahwa NKRI adalah harga yang tidak bisa ditawar-tawar lagi keberadaannya.NU sendiri lahir sebelum bangsa Indonesia ini lahir dan merdeka, coba lihat PBNU itu perpanjangan dari Pancasila, Bhinneka tunggal ika, NKRI, dan Undang-Undang Dasar 1945 titik," tegasnya.

Sementara itu penceramah Ajengan Zezen (KH Zezen Zainal Abidin Baazul Asybab) dari Sukabumi Jawa Barat mengajak warga NU untuk bangkit dan bergerak bersama-sama memajukan NU dan Ummat dengan semangat keihlasan. " mari kita bangkit dan jangan diam, karena NU itu nahdah harus bangkit dan bergerak menyelamatkan aqidah ummat Indonesia, Asia dan Dunia", tandas pengurus pusat Jamiyyah Thoriqoh Annahdiyah ini.

Ia juga menjelaskan bahwa NU tidak boleh terpisah dari kumpulannya para aulia, dan NU tidak boleh terpisah Jamiyyah Thoriqoh. Secara implisit ia mengajak warga NU untuk memahami dan mendalami thoriqoh karena ini adalah cara dan metode yang tepat untuk beribadah dan melawan hawa nafsu serta setan ," semua itu ada caranya, berzikir itu juga ada caranya atau metodenya, kalau tidak tahu caranya melakukan sesuatu maka rusaklah amalnya. Melawan setan itu harus dengan zikir Laa ila ha ilallah yang banyak serta memahami metodenya" jelas salah satu Wakil Talqin Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Suryalaya ini.

Acara ini juga dihadiri para kyai sepuh NU Sumenep, seperti KH Waris Ilyas, KH Thoifur Aliwafa, KH Maimun Mujtami, KH Hafidi Sarbini dan beberapa pejabat dari Pemkab Sumenep, seperti wakil Bupati Sumenep Ir H Sungkono Sidik dan beberapa Kepala Dinas. 

Pada acara ini juga dilakukan launcing peresmian Baitul Mal waTamwil (BMT NU) Sumenep yang telah aktif di kecamatan Gapura dan beberapa kecamatan lainnya. Peresmian BMT NU dilakukan oleh PBNU KH Masyruri Malik. Acara ditutup oleh pembacaan doa yang dipimpin oleh KH Fadli Muntahi. (telah dipublis di lintas madura)

Sabtu, 06 Juli 2013

Ziarah Wali (catatan akhir tahun dari makam para wali)

Jumat Terakhir Sebelum Ramadan, Warga Sumenep Banyak Ziarah Kubur


Sumenep, Lintas Madura (05/07/2013)- Beberapa hari menjelang bulan Ramadan, masyarakat Madura khususnya Sumenep banyak yang berziarah ke makam para leluhur mereka baik di pemakaman keluarga maupun pemakaman umum. Aktivitas ini telah mendarah daging dan begitu mentradisi di kalangan muslim Madura, terutama malam dan hari jumat terakhir sebelum bulan puasa tiba.

Mereka berbondong-bondong bersama sanak keluarganya menuju kompleks pemakaman untuk memanjatkan doa dengan membaca surah Yasin dan surah-surah pendek Al-Quran serta tahlil di makam para leluhurnya. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi semacam kewajiban yang bila ditinggalkan serasa ada yang kurang dalam melangkahkan kaki menyongsong puasa Ramadan.

Menurut salah seorang tokoh masyarakat asal Kebunan Sumenep, Ustadz Hamzah, seakan masyarakat ada yang kurang kalau tidak ziarah dulu sebelum menjelang Ramadan. " ini sudah keyakinan kalau menjelang puasa harus ziarah dulu ke makam para leluhur dan makam wali, ya untuk mendoakan mereka para leluhur kita dan sekaligus berdoa akan keselamatan kita" jelasnya.

Ustad yang gaul ini juga menjelaskan bahwa bulan Sya'ban bagi orang Madura disebut juga bulan rebba atau kalau orang jawa bilang ruwah. " di bulan ini banyak orang "arebba" melakukan sedekah, biasanya tiap rumah itu bersedekah makanan ke tetangga dan kyai yang pahala sedekahnya dihaturkan pada para leluhur mereka yang telah wafat" jelasnya.(mam/lm)


Jumat, 05 Juli 2013

Kisah Teladan : Syekh Kholil Puasa Gula

 Mbah Cholil Bangkalan

Syaikhona KH. Cholil, kyai masyhur dan alim dari Bangkalan Madura, kedatangan tamu seorang bapak dari desa. Maksud kedatangan tamu tersebut adalah mengeluhkan perihal anaknya yang suka makan gula.
"Anak saya tidak mau berhenti makan gula, Kyai. Sudah tidak terhitung lagi saya menasehatinya agar mau berhenti makan gula!" kata tamu itu mengeluhkan anaknya. "Jajanan anak saya, jika tidak permen ya pasti gula, Kyai," orang itu melanjutkan."Tolong saya diberi sesuatu sebagai obat agar anakku mau berhenti makan gula, Kyai! Saya takut ia akan penyakitan karena kebanyakan makan gula!"

Demi mendengar keluhan tamunya itu, Kyai berpikir juga. Keluhan tamunya itu tampaknya memang sepele, yaitu mencari cara untuk mengatasi anaknya yang bandel, yang suka makan gula. Tampaknya Kyai menanggapinya dengan serius.

"Bapak ini setiap hari hanya minum air?" tanya Kyai tiba-tiba. Sang tamu merasa terkejut ditanya demikian. "Tidak Kyai! Kadang minum kopi, kadang minum teh!" "Pakai gula?" "Tentu saja Kyai!" di hati Bapak itu terasa geli juga mendengar pertanyaan Kyai Cholil. Kira-kira apa ya hubungannya? Hening sejenak.
Sesaat kemudian : "Begini, Bapak pulang saja dulu, tiga hari lagi kesini bersama anak Bapak!" Tanda tanya memenuhi benak sang bapak,ia berpikir kenapa tidak diberi doa atau mungkin segelas air yang sudah dibacakandoa untuk pengobatan anaknya? Begitu sulitkah bagi Kyai?

Tiga hari berlalu, orang dari desa itu datang lagi menghadap Kyai Cholil bersama anaknya yang suka makan gula itu. Setelah anaknya dihadapkan pada Kyai Cholil, bukannya diberi do'a malah dinasehati.
"Nak, kamu jangan suka makan gula lagi ya?" Nasehat Kyai pada anak itu seperti ketika menasehati cucunya sendiri. "Iya Kyai!" jawab anak itu patuh. Terasa di hati bocah itu seperti tengah disiram air pegunungan yang sejuk, menyegarkan. Indah pula rasanya dihati. Setelah itu Kyai tidak berbuat apa-apa lagi.Bahkan bercengkerama dengan sang anakdengan menghujani pertanyaan-pert ­anyaan tentang dunia anak. Lama-lama hati sang Bapak gundah juga. Ia berprasangka, sepertinya Kyai Cholil tidak berusaha 'mengobati' anaknya. "Sudah begitu saja Kyai?" tanya sang Bapak kemudian. "Iya Pak. Saya kira saya sudah menuruti kemauan Bapak. Saya sudah menasehati anak Bapak agar tidak hobi makan gula lagi!" Jawab Kyai.
Lagi-lagi jawaban Kyai membuat sang bapak itu makin terheran-heran. ­ "Kyai, kenapa anak saya hanya diberi nasehat begitu saja?" tanyanya. "Jika hanya nasehat, saya sendiri sebagai ayahnya sudah tak terhitung lagi menasehatinya!" "Itulah masalahnya!" "Maksud Kyai?" "Saya jelaskan ya Pak, kenapa sampeyan saya suruh pulang dulu dan baru tiga hari kemudian saya minta kembali. Karena saya berdoa dan berpuasa selama tiga hari itu dengan tidak makan gula, agar ketika menasehati anakmu omongan saya bisa dipercaya!" jawab Kyai.

Rupanya jawaban Kyai yang terakhir bikin mulut orang itu tercekat. Tak sepatah katapun yang bisa diucapkan lagi. Dia tidak habis pikir, sampai seperti itu Kyai Cholil yang hendak menasehati anaknya? Harus dirinya dulu yang menjalani nasehatnya dengan bersusah payah berdo'a, berpuasa selama tiga hari sebelum disampaikan kepada si anak. Orang sekaliber Kyai Cholil saja, yang terkenal dengan ilmu nahwu, fiqih dan tasawuf itu masih harus 'tirakat' untuk sekedar berucap satu kalimat. Kedekatannya kepada Allah SWT sungguh luar biasa, sehingga setiap langkahnya selalu bernuansa dzikrullah, ingat Allah. Akhirnya tamu itu pulang dengan membawa cerita keteladanan sang Kyai. Kenyataannya memang, sang anak langsung sembuh alias tidak lagi suka makan gula.